Musik Afro-Cuban: Pertemuan Kebudayaan dan Dialektika Musik Baru

Oleh Iwan Paul

BAB I

Latar Belakang: Kelahiran Musik Baru di Dunia Baru

Sebuah jenis musik “baru” seringkali lahir dari pertemuan antara dua atau lebih masyarakat dan kebudayaan. Ini terjadi di hampir seluruh belahan dunia mengikuti sejarah perpindahan masyarakat ke wilayah-wilayah baru dengan berbagai kepentingan: perdagangan, imigrasi, maupun kolonialisasi dan eksploitasi sebuah negara atas lahan-lahan baru.

Pertemuan dua atau lebih kebudayaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya musik Afro-Cuban. Awal mulanya adalah dari kedatangan bangsa Eropa, yaitu: Spanyol, Portugal, Perancis dan Inggris ke wilayah Karibia dan Amerika Latin di sekitar abad ke-15 untuk mengeksploitasi hasil-hasil alamnya. Di “dunia baru” ini Spanyol mengkolonialisasi banyak wilayah, termasuk Kuba, tempat lahir dan berevolusinya musik Afro-Cuban.

Di bawah jajahan Spanyol, Kuba menjadi wilayah penghasil gula terbesar di dunia, sebuah komoditi yang sangat menguntungkan bagi bangsa Spanyol. Untuk itu, Spanyol membutuhkan banyak sekali tenaga kerja untuk dipekerjakan di ladang-ladang gula mereka. Karena penduduk Indian lokal yang sebelumnya mendiami Kuba banyak dieliminasi, dan orang-orang yang tersisa tidak mencukupi, maka didatangkanlah ribuan budak dari Afrika secara terus menerus.

Sejak itu dimulailah proses asimilasi kebudayaan dari ketiga bangsa yang hidup di Kuba hingga berabad-abad kemudian, yaitu: bangsa Spanyol, Afrika dan Indian. Proses ini juga terjadi dalam pembentukan musik baru dari elemen-elemen musik yang dibawa oleh masing-masing bangsa.

Pengaruh Musik Spanyol, dari Folklor hingga Flamenco

Di tanah baru ini, bangsa Spanyol membawa musik mereka dengan tradisi musik Eropa seperti: harmoni, melodi, pemecahan suara vokal, dan struktur verse-chorus yang banyak mempengaruhi awal perkembangan musik Afro-Cuban. Di samping itu ada pula jenis musik folklor Eropa, seperti lagu-lagu canciones atau trovas yang biasa dimainkan oleh buruh tani Spanyol atau campesinos, yang juga kemudian menyumbangkan struktur lirik maupun penggunaan alat semacam gitar di musik Afro-Cuban.

Penggunaan perkusi seperti bass drum dan snare drum yang berasal dari militer Eropa juga muncul dalam parade-parade karnaval di Kuba. Begitu juga instrumen pandereta (tamborin) yang sangat populer di wilayah Basque di Spanyol, serta musik folklor Flamenco yang mempengaruhi style Rumba. Serta tidak kalah penting, Spanyol membawa bahasa mereka yang kemudian menjadi bahasa utama di Kuba dan Amerika Latin kecuali Brazil.

Pengaruh Musik Afrika, Antara Perkusi dan Tradisi

Sama seperti di tanah kelahirannya, kehidupan orang-orang Afrika di Kuba juga tidak bisa dilepaskan dari musik dan permainan perkusi, terutama untuk ritual-ritual adat dan keagamaan. Meskipun ritual-ritual itu dilarang, namun mereka tetap menjalankannya diam-diam dengan alat-alat yang dibuat seadanya untuk mereplika alat musik aslinya. Apalagi pengawasan terhadap praktek-praktek ritual itu tidak terlalu ketat karena mereka hanya dianggap sebagai budak semata, serta tidak ada upaya reedukasi agama Kristen oleh misionaris terhadap orang Afrika, seperti halnya yang dilakukan terhadap orang Indian.

Ciri permainan perkusi musik Afrika dengan variasi ritmik duple dan triple yang berlapis-lapis merupakan pondasi utama dari musik Afro-Cuban. Di samping permainan dan penggunaan berbagai alat-alat perkusi Afrika yang menjadi karakter kuat dari musik Afro-Cuban, style vokal call-and-response yang bersahut-sahutan dari Afrika juga banyak berperan.

Pengaruh Musik Indian, di Ambang Kepunahan

Berbeda dengan orang-orang Afrika di Kuba, orang-orang Indian lokal justru lebih sulit mempertahankan musik mereka karena adanya misionaris Jesuit yang berusaha untuk mendidik mereka secara Kristen dan melarang ritual-ritual adat/tradisi Indian. Ini yang menyebabkan di antara ketiga kebudayaan tersebut, musik Indian lah yang paling sedikit berpengaruh terhadap perkembangan musik Afro-Cuban. Namun demikian, pengaruh musik Indian tetap ada di perkembangan musik Afro-Cuban, seperti penggunaan flute, beberapa style vokal tertentu, serta penggunaan sejumlah perkusi seperti rattles dan shakers dengan berbagai variasi dan bentuknya.

 ***

Di dalam proses pertemuan budaya dan musik ketiga bangsa selama ratusan tahun inilah musik Afro-Cuban berevolusi dan melahirkan berbagai jenis musik baru yang dimainkan di berbagai lapisan masyarakat di Kuba. Bahkan dalam perkembangannya di abad ke-20, musik Afro-Cuban menjadi sangat populer dan mendunia—terutama setelah beradaptasi dengan musik Jazz di Amerika—hingga kini menjadi salah satu genre besar, yang sering disebut sebagai musik Latin.

BAB II

Bentuk-bentuk Musik Afro-Cuban

Di antara begitu banyak style dan variasinya, berikut ini adalah beberapa style besar dalam musik Afro-Cuban yang paling populer dengan berbagai turunannya.

RUMBA

Rumba adalah salah satu musik Afro-Cuban yang paling populer di Kuba, meski tidak semendunia Son dan turunannya. Salah satu sumber (Brozensky) mengatakan bahwa Rumba berarti “pergi ke pesta” atau “bersenang-senang”. Sumber lain (Uribe) menyebutkan bahwa style ini berkembang dari musik ritual dan religius Santeros—dari kepercayaan Santeria yang berasal dari suku Yoruban di Nigeria—dengan permainan perkusi Bata.

Ciri dari musik Rumba ini adalah permainan ritmik yang sangat ekstensif sebagai pengiring dari tarian maupun untuk parade di karnaval. Bentuk paling umum dari tarian Rumba adalah Guaguanco dan Columbia. Sementara Conga de Comparsa adalah musik dan tarian Rumba yang paling sering dimainkan saat parade di karnaval.

Berikut ini adalah contoh partitur/aransemen Rumba Guaguanco:

Rumba Guaguanco biasanya dimainkan dengan tempo sedang hingga cepat, dengan instrumen:

  • Clave (dua batang kayu yang menghasilkan suara perkusif yang nyaring)
  • Palitos (dua batang kayu yang bentuknya agak mirip dengan stick drum)
  • Shekere (semacam shaker dengan bentuk besar seperti labu, dengan banyak butiran di sisinya—biasa dibunyikan dengan dikocok, digetarkan, atau dipukul bagian bawahnya)
  • Bombo (bas drum)
  • Salidor, tres golpes, dan quinto (ketiganya adalah alat perkusi seperti conga dengan pitch yang berbeda-beda; salidor paling rendah, quinto paling tinggi)

Di style ini clave, palitos, dan bombo memainkan ritmik dasar lagu, sementara salidor dan tres golpes memainkan melodi Guaguanco. Quinto tidak memainkan pola yang spesifik, namun berimprovisasi dengan penyanyi dan penari, memberikan aksen dan penekanan di kalimat-kalimat musik maupun gerakan penari. Tariannya sendiri dimainkan oleh penari laki-laki dan perempuan dengan gerakan-gerakan tubuh erotis yang menggambarkan usaha si laki-laki mengejar dan “menaklukkan” si perempuan.

Style Rumba yang bertempo paling cepat adalah Rumba Columbia yang dimainkan dengan ketukan 6/8. Tarian Columbia biasa dimainkan oleh satu atau dua orang laki-laki, dengan gerakan yang sangat cepat dan sinkron dengan irama perkusi. Instrumentasi yang biasa digunakan adalah:

  • Clave
  • Campana (cowbell)
  • Palitos
  • Shekere
  • Tumba, segundo, dan quinto (perkusi seperti conga dengan pitch yang berbeda-beda: tumba paling rendah, quinto paling tinggi)

Style ketiga dari Rumba yang paling populer dan sering ditemui di acara-acara karnaval adalah Conga de Comparsa. Comparsa sendiri merujuk ke aktivitas orang-orang yang berkumpul beramai-ramai, menari, dan berjalan beriringan dalam parade yang meriah. Temponya medium hingga sangat cepat dan menampilkan gaya call-and-response dalam vokal. Instrumentasi yang biasa digunakan adalah:

  • Clave
  • Campana
  • Bombo
  • Caja
  • Sartenes (dua pelat logam atau penggorengan kecil yang disatukan dan dijadikan bel, merupakan turunan dari agogo bell Afrika)
  • Conga, rebajador, salidor, dan quinto (perkusi seperti conga dengan ukuran dan pitch yang berbeda-beda: conga paling rendah, quinto paling tinggi)

Di samping bentuk-bentuk Rumba di atas, ada juga style seperti:

  • Mozambique yang merupakan adaptasi dari Conga de Comparsa dan dimainkan bersama rhythm section piano dan bas, yang kemudian banyak diinterpretasikan ulang oleh artis-artis Latin Jazz di New York pada tahun 1960-an.
  • Songo adalah kombinasi antara Son dan Rumba yang dipopulerkan oleh Jose Luis Quintana—Changuito. Songo bisa menggunakan instrumen perkusi standar Rumba dan Son, maupun drumset, dengan gaya permainan dan improvisasi yang lebih bebas. Style ini sering dimainkan dengan memasukkan unsur rhythm bas dan drumset bergaya Funk maupun Fusion.
  • Guiro, sebuah style yang mengacu pada ritmik folklor 6/8 yang awalnya hanya dimainkan dengan shekere dan cowbells. Conga, bongo, dan/atau cajon kadang ditambahkan untuk memainkan style ini.
  • Abakua adalah salah satu bentuk musik yang biasa dimainkan dalam secret society atau komunitas tertutup bernama sama, yang bisa dibilang sebagai salah satu cikal bakal musik Rumba di masa awalnya.

SON

Son adalah jenis musik Afro-Cuban yang sangat populer dan mendunia, serta dianggap sebagai style yang paling berpengaruh di musik Amerika Latin. Dari musik ini berkembang sejumlah tarian dan musik yang menjadi sangat terkenal yaitu: Mambo, Salsa—yang berkembang pesat di Amerika Serikat—dan Cha-Cha.

Son lahir dari perkawinan antara musik yang sering dimainkan oleh campesina atau buruh tani Spanyol, dengan musik orang-orang Afrika. Jenis musik ini menggunakan vokal yang berstruktur lirik verse-refrain atau decima-estribillo (decima: puisi 10 baris) yang bercerita tentang cinta, humor, dan patriotisme; serta pandangan sosial politik di kemudian. Struktur lagu yang umum dalam Son adalah A-B-A-B (A = verse, B = refrain), dimana pengulangan refrain yang kedua dimainkan dengan gaya call-and-response. Gaya ini yang kemudian berkembang menjadi Son-Montuno.

Bentuk pertama dari Son adalah Changui, musik yang dimainkan di jalanan pedesaan oleh campesina dari Spanyol bersama-sama dengan orang-orang Afrika. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi penyanyi adalah:

  • Tres (semacam gitar tapi lebih kecil dengan 3 set senar)
  • Marimbula (perkusi dari Afrika yang memiliki nada dan bisa dimainkan dengan jempol—thumb piano)
  • Clave
  • Guiro (kayu bergerigi yang berbentuk silinder, dimainkan dengan cara menggosok batang kayu/stick ke alat ini)
  • Maraca (semacam shaker yang berisi biji-bijian atau beras)
  • Bongo (drum berukuran kecil dan memiliki pitch tinggi)

Salah satu kelompok pengusung musik Changui dengan instrumentasi ini adalah Grupo Changui yang bertahan hingga dekade ini.

Changui lama-lama berkembang menjadi musik yang disebut Son, dimana tres mulai digantikan dengan gitar akustik bersenar enam, dan marimbula digantikan dengan bas. Di awal 1900 Son mulai dimainkan di ibukota Kuba yaitu Havana, dan di tahun 1920-an Son diproklamirkan sebagai musik nasional Kuba. The Sexteto Habanera dan Ignacio Pineir—yang kemudian membentuk Septeto Nacional de Ignacio Pineiro, dengan tambahan pemain terompet di luar enam instrumentasi yang biasa dipakai—merupakan musisi-musisi yang turut mempopulerkan jenis musik ini.

Berikut ini adalah contoh partitur/aransemen musik Son, yang dalam perkembangannya menambahkan instrumen piano dan bas:

Dari Son berkembanglah musik Son-Montuno yang  awalnya dimainkan oleh Conjunto Ensemble di tahun 1940 dan 1950-an. Aransemennya lebih meriah dan dinamis, serta menggunakan lebih banyak instrumen. Son-Montuno juga biasanya memiliki bagian (Montuno section) yang terbuka untuk improvisasi vokal maupun instrumen lain. Instrumentasi yang digunakan seperti pada bagan di atas, ditambah dengan conga dan timbales.

Turunan lain dari Son adalah Mambo yang menjadi sangat populer pada tahun 1930 hingga 1950-an, baik di Kuba, Karibia, maupun New York. Instrumentasinya kurang lebih sama dengan Son-Montuno. Ciri khas dari Mambo selain temponya yang lebih cepat, ia juga memiliki dua bagian: pertama, bagian yang mengiringi vokal dengan dinamik yang lebih rendah; dan kedua, bagian Montuno untuk improvisasi yang dinamiknya lebih tinggi. Bagian kedua ini juga sering berupa vamp yang terinspirasi dari bagian akhir musik Danzon (Nuevo Ritmo), dimana instrumen memainkan improvisasi atau soli.

DANZON

Kelahiran musik Danzon diawali dengan pemberontakan dan perpindahan budak dalam jumlah besar dari Haiti ke Kuba di akhir abad ke-18. Budak-budak dari Haiti—yang merupakan jajahan Perancis—ini membawa musik dan praktek budaya mereka yang ketika itu sudah merupakan percampuran antara kebudayaan Perancis dan Afrika. Musik Contredanse dari Perancis yang berkembang di Haiti kemudian berevolusi di Kuba menjadi Danza, Danza Habanera, dan akhirnya menjadi Danzon.

Dengan elemen musik klasik yang cukup kental, Danzon awalnya dimainkan dengan instrumen-instrumen tiup woodwind maupun brass, instrumen gesek, dan piano, serta perkusi guiro dan timballes criollos/creole tympani—timpani konser Eropa yang menjadi cikal bakal dari timbales. Salah satu grup terpenting yang mengusung style musik ini adalah Orquesta Aragon.

Format dasar dari Danzon adalah A-B-A-C; A biasa disebut paseo, B berisi melodi flute, dan C merupakan trio atau soli dari instrumen gesek. Dalam kelanjutannya format ini berkembang menjadi A-B-A-C-D, dimana D—yang biasa disebut Nuevo Ritmo atau Mambo section—adalah bagian vamp atau improvisasi. Cowbell dan conga sering ditambahkan di bagian ini. Format ini diperkenalkan pada akhir tahun 1930-an dan awal tahun 1940-an oleh pemain bas yang bernama Israel “Cachao” Lopez, yang bermain bersama kelompok Arcano y sus Maravillas pimpinan pemain flute Antonio Arcano.

Berbeda dengan Son yang lahir dan berkembang di jalanan dan wilayah pedesaan, Danzon justru tumbuh di ballroom kota, di kalangan aristokrat yang berstatus sosial tinggi. Oleh karenanya, meski sama-sama muncul dari pengaruh kebudayaan yang sama, namun keduanya berkembang di dunia yang sangat berbeda.

Berikut ini adalah contoh partitur/aransemen Danzon:

Salah satu turunan dari Danzon adalah musik Cha-Cha yang mencapai puncak kepopuleran di tahun 1950-an, dan dimainkan dengan instrumentasi yang kurang lebih sama dengan Danzon. Style musik ini merupakan pengembangan bagian Mambo—atau Nuevo Ritmo—dari Danzon, oleh karenanya tidak salah juga jika Cha-Cha disebut sebagai turunan dari Son (seperti yang sebelumnya diuraikan di pembahasan tentang musik Son). Salah satu ciri Cha-Cha yang paling jelas adalah pola rhythm section seperti yang bisa didengar di intro lagu “Oye Como Va” karya Tito Puente yang dipopulerkan oleh Santana.

BAB III

Tokoh Musik Afro-Cuban: Chano Pozo

Untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang jenis musik ini, di sini akan diuraikan biografi dari salah satu tokoh besar musik Afro-Cuban—seorang pemain conga, penari, pengarang lagu, dan pimpinan band—yang berperan besar dalam sejarah perkembangan musik Afro-Cuban dan Latin Jazz di Amerika, yaitu: Chano Pozo.

Dari El Africa ke Guanajay

Luciano “Chano” Pozo Gonzales lahir di Havana pada tanggal 7 Januari 1915 di Havana dari pasangan Cecelio Gonzales, seorang tukang semir sepatu, dan Carnacion Pozo. Setelah ibunya meninggal saat Pozo berusia 11 tahun, ia dibawa ayahnya tinggal bersama istri kedua ayahnya dan saudara tirinya yang bernama Felix Chappottin. Keluarga yang hidup dalam himpitan kemiskinan ini tinggal di El Solar—sebuah wilayah pemukiman kumuh, yang dulunya merupakan tempat tinggal budak-budak Afrika, tempat yang rawan kriminalitas hingga polisi pun enggan pergi ke sana.

Di El Solar, Chano belajar bertahan hidup di lingkungan jalanan yang keras. Ia dikeluarkan dari sekolah dasar dan mengisi hidupnya dengan bermain perkusi, berkelahi, minum minuman keras, dan melakukan berbagai kejahatan kriminal seperti pencurian, penganiayaan, dan terlibat dalam kecelakaan yang mengakibatkan kematian seorang wisatawan asing. Di usia ke-13, Chano dikirim ke sebuah rumah rehabilitasi di Guanajay. Di sana ia belajar membaca dan menulis, memperbaiki mobil, dan mengembangkan kemampuannya bermain perkusi.

Di Guanajay inilah Chano bertemu dengan Miguelito Valdes, dan kemudian bersama adik tirinya Felix, mereka mulai membentuk kelompok musik yang membawa mereka keluar dari lingkungan jalanan dan lebih banyak bermain musik di studio dan panggung-panggung.

Abakua dan Santeria

Kemampuan seni dan karakter pribadi Chano yang keras namun berpenampilan flamboyan bisa ditelusuri dari akar etnis dan lingkungannya. Sebagai laki-laki keturunan Nigeria, Chano juga adalah seorang Abakua—sebuah secret society atau komunitas tertutup di Kuba yang dibentuk dari kepercayaan asli yang berasal dari daerah Calabar di Delta Sungai Niger, di Tenggara Nigeria. Komunitas tertutup khusus laki-laki ini memiliki simbol macan tutul yang mewakili kekuatan maskulin dalam perang dan kekuasaan politik.

Di luar karakternya yang keras dan maskulin, Abakua yang memiliki sejumlah ritual dan upacara juga berperan besar dalam gaya permainan perkusi yang berkembang di Kuba, di antaranya dengan menyumbangkan musik ritmik dan tarian yang menjadi cikal bakal Rumba. Orang-orang yang tergabung dalam komunitas tertutup ini juga banyak dikenal sebagai penari andal dan pemain-pemain perkusi yang disegani di Kuba. Demikian juga halnya dengan Chano, yang telah diinisiasi sebagai anggota Abakua.

Chano juga adalah seorang penganut setia Santeria, sebuah agama Afro-Carribean yang berasal dari keyakinan suku Yoruba di Nigeria. Musik dari Santeria—yang biasa disebut Santeros—juga disebut-sebut sebagai salah satu akar musik Rumba. Hingga saat ini masih ada banyak pemain Rumba yang tergabung dalam komunitas Abakua dan Santeria.

Antara Pengawal dan Karir Musikal

Selepas dari Guanajay, Chano kembali ke rumah ayahnya di Havana dan mengikuti jejaknya bekerja sebagai tukang semir sepatu. Namun karena sifat temperamentalnya ia hanya menjalaninya kurang dari setahun. Di tahun 1929 ia bekerja sebagai penjual koran untuk El Pais, koran yang paling berpengaruh di Havana. Dari situ ia berkenalan dengan pemilik penerbitan koran Alfredo Suarez, yang kemudian mempekerjakan Chano sebagai supir dan pengawal pribadinya. Di masa itu Chano tetap memanfaatkan waktu luangnya untuk menari, bermain musik, berkelahi, dan mengejar perempuan. Ia juga mulai membuat komposisi musik.

Di usia 20-an karirnya sebagai pemain conga semakin mapan. Ia dikenal sebagai anggota Los Dandys de Belen, kemudian di tahun 1938 ia menjadi pemain conga utama untuk grup Los Melodicos. Namun karena adanya diskriminasi rasial di Kuba—yang melarang musisi berkulit hitam untuk bermain di tempat-tempat tertentu maupun studio rekaman—Chano belum bisa membuat rekaman bersama kelompok musiknya.

Saat itu, teman Chano di rumah rehabilitasi, Miguelito Valdes, telah menjadi penyanyi lokal yang terkenal melalui bandnya Casino de la Playa. Di tahun 1939 grup ini merekam lagu-lagu karangan Chano “Blen, Blen, Blen” yang langsung menjadi hit. Kemudian mereka merekam karya Chano yang lain: “Arinanara”, “Muna Sangangfimba”, dan “Guaguina Yerabo”—semuanya ditulis dalam bahasa Abakua serta dialek Afrika—yang menjadi hits lokal bagi band tersebut.

Di periode yang sama, Chano semakin dikenal tidak hanya sebagai penari dan pemain perkusi andal, namun juga sebagai penulis komposisi untuk kelompok Rumberos (pemain Rumba) dalam karnaval-karnaval dan berkali-kali memenangkan hadiah utama. Dalam beberapa tahun statusnya meningkat dan ia dianggap sebagai pahlawan bagi kaum miskin di Havana. Bersama beberapa rekan musisinya, Chano juga menulis komposisi musik conga “La Comparsa de los Dandys” yang memenangkan hadiah pertama pada karnaval Santiago de Cuba di tahun 1940. Komposisi itu dianggap sebagai lagu tema tidak resmi dari karnaval itu, dan menjadi lagu standar yang banyak dimainkan di karnaval-karnaval Amerika Latin.

Di tahun 1940-an, di luar karir musiknya Chano bekerja sebagai pengawal untuk senator lokal, yang kemudian memperkenalkannya dengan pemilik stasiun radio di Havana. Dari situ ia dipekerjakan sebagai pengawal pribadi sekaligus penjaga pintu stasiun radio itu. Karena bakatnya, akhirnya Chano sering diminta bermain dan bernyanyi untuk tamu maupun mengiringi artis tamu saat siaran.

Selama beberapa tahun berikutnya, Chano tetap sibuk dengan musiknya dan ia membentuk kelompok baru Conjunto Azul. Di tahun 1945 ia nyaris tewas akibat tertembak tiga peluru karena sebuah keributan tentang masalah royalti dari lagu-lagunya. Chano berhasil pulih walaupun ia terpaksa membiarkan satu peluru bersarang di dekat tulang belakangnya.

Di akhir Perang Dunia II, Chano menulis lagu “El Pin Pin” yang bercerita tentang kemenangan Sekutu atas Jerman dan Jepang. Bersamaan dengan itu larangan untuk rekaman bagi orang kulit hitam dihapuskan, sehingga Chano bisa merekam lagu itu dengan grupnya. Kemudian, bersama Conjunto Azul yang juga menampilkan adik tirinya Felix Chappottin sebagai pemain terompet, Chano merekam 10 lagu di studio rekaman untuk label Seeco di Havana.

Puncak dan Akhir: New York

Sekitar bulan Januari 1947, atas desakan Miguelito Valdes—yang telah beberapa tahun pindah ke New York dan meraih sukses di sana—akhirnya Chano pindah ke New York, dan di bulan Februari ia memulai sesi rekaman bersejarahnya. Bersama musisi-musisi Kuba lainnya, yaitu: Arsenio Rodriguez, Miguelito Valdes, dan Carlos Vidal pada conga, serta Jose Mangual pada bongo, Chano merekam musik Rumba otentik yang pertama dengan style yang berasal dari wilayah yang sama di Kuba. Salah satu lagunya bahkan didedikasikan untuk El Afrika, area lama tempat mereka tumbuh besar. Chano juga merekam lagu yang ditujukan untuk dewa Abakua yang berjudul “Abasi”.

Ini adalah sebuah tonggak besar dalam sejarah musik Afro-Cuban, karena mereka hanya merekam permainan perkusi—yang mengembalikan tradisi perkusi Afrika—yang belum pernah terdengar hingga saat itu. Chano kemudian terlibat dalam lebih banyak rekaman bersama Machito and his Afro Cubans, dan beberapa sesi dengan Arsenio Rodriguez, yang membawakan lagu-lagu Mambo dan Guaracha.

Masih di tahun yang sama, musisi bebop Dizzy Gillespie—yang selama beberapa waktu sudah ingin merambah ke wilayah Latin Jazz—mendapat rekomendasi dari teman lamanya, Mario Bauza, untuk mengajak Chano sebagai pemain conga di big band-nya. Chano menerima tawaran ini dan pada tanggal 29 September 1947 Dizzy Gillespie big band tampil di Carnegie Hall membawakan lagu “Cubana Be, Cubana Bop” yang mengetengahkan Chano yang bermain solo conga, dilanjutkan dengan nyanyian Abakua. Dan Cubop pun lahir!

Kerjasama ini berlanjut dengan proyek rekaman “Manteca” yang menjadi hit terbesar Dizzy. Sejak itu jadi banyak pemimpin band Jazz di Amerika yang terinspirasi untuk membuat aransemen Latin dan memasukkan instrumen perkusi ke dalam musiknya.

Di tahun 1948, Chano bersama band Dizzy melakukan tur keliling Eropa. Tur ini sangat sukses dan menimba banyak tanggapan positif. Mereka kembali ke Amerika Serikat, namun di tengah-tengah tur conga milik Chano dicuri. Ia pun kembali ke New York untuk mengambil conga pengganti. Ia tinggal beberapa hari lebih lama di New York dari seharusnya, dan pada tanggal 2 Desember Chano tewas ditembak karena transaksi dengan pengedar ganja yang berujung pada keributan. Ia hanya berusia 33 tahun saat itu.

***

Sumbangan Chano Pozo untuk musik Jazz dengan memberikan permainan yang berakar pada tradisi perkusi di Afrika telah terdokumentasi dengan baik, dan menjadi bagian dari sejarah musik Jazz. Pengaruhnya pada musik populer Latin juga sama pentingnya dan turut membesarkan musik Afro-Cuban. Sejak kepergiannya, muncul generasi pemain musik Latin yang kemudian menjadi sangat populer seperti Tito Puente, Palmieri Brothers, Tito Rodriguez, dan Ray Barretto, yang kemudian melahirkan musik Salsa dan pengembangan dari Latin Jazz itu sendiri. Tidak ada pemain perkusi, terutama pemain conga, yang bisa mengingkari peran besar “El Rumbero Mayor” Chano Pozo.

BAB IV

Musik Afro-Cuban dan Jazz

Perkembangan musik Afro-Cuban tidak hanya bergerak di dalam batas wilayah Kuba saja. Di tahun 1920-an banyak orang Kuba dan Puerto Rico yang bermigrasi ke kota New York dan tinggal di East Harlem yang kemudian dikenal sebagai El Barrio atau Spanish Harlem. Di situlah embrio dari musik Latin* mulai berkembang di New York.

Band-band Latin pun mulai bermunculan di tahun 1930-an sehingga menarik perhatian berbagai kalangan di New York, termasuk para musisi Jazz. Banyak musisi Jazz dan musisi Latin yang mulai saling merambah ke wilayah musik satu sama lain. Kolaborasi antara musisi Latin dan Jazz pun bermunculan, salah satu tonggaknya adalah antara Juan Tizol—pengarang lagu “Caravan”—dengan Duke Ellington.

Di tahun 1940-an, muncul kelompok Machito and his Afro-Cubans yang dipimpin oleh Mario Bauza—seorang arranger asal Kuba yang pernah bekerja sama dengan musisi Jazz Cab Calloway dan Chick Webb—yang merintis musik Mambo dan Latin Jazz. Sejak itu hingga ke dekade berikutnya nama-nama pengusung musik Mambo dan Latin Jazz seperti Tito Puente dan Tito Rodriguez pun bermunculan.

Di periode yang sama juga terjadi proses saling adaptasi antara musik Afro-Cuban dengan Bebop, yang salah satunya ditandai dengan kesuksesan musisi Jazz Dizzy Gillespie menggabungkan unsur-unsur dari kedua style musik itu. Momen terbesarnya adalah pada konser di Carnegie Hall di tahun 1947 yang menampilkan Chano Pozo, pemain conga dari Kuba. Gerakan ini terus berkembang hingga tahun 1950-an dengan munculnya band-band Latin Jazz baru seperti yang dipimpin oleh Mongo Santamaria, Cal Tjader, dan Ray Barretto.

Sejalan dengan embargo yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap Kuba di awal tahun 1960-an, mulailah bermunculan band-band yang mencoba kembali ke akar  tradisi musik Afro-Cuban, yang dimainkan dengan elemen-elemen musik modern. Gerakan tradisionalis ini membuka jalan bagi kebangkitan musik Salsa di tahun 1970-an.

Meski berakar kuat dari musik Afro-Cuban, istilah Salsa sendiri dalam perkembangannya merujuk ke penggabungan berbagai style musik Latin yang banyak muncul di saat itu. Di banyak kalangan, istilah ini menjadi ungkapan yang sangat generik untuk menggambarkan musik Latin secara global, begitu pula pada praktek permainan musik yang dilakukan oleh para musisi. Ini menghasilkan berbagai pendekatan yang berbeda dalam memainkan musik Latin.

Pendekatan yang pertama sifatnya lebih tradisional, mengacu pada pakem-pakem yang ada di awal perkembangan musik Latin. Sementara yang kedua sifatnya lebih komersial, dimana band hanya berperan sebagai pengiring penyanyi dengan lirik yang lebih pop dan romantis, dan dengan sedikit sekali atau tanpa bagian solo atau improvisasi instrumen. Pendekatan yang ketiga adalah lebih bersifat progresif dan berorientasi pada musik Jazz yang mengetengahkan peran improvisasi dan permainan instrumen. Ketiga pendekatan ini tetap tumbuh dan berkembang hingga tahun 1980-an.

Descargas dan Afro-Cuban Jazz

Kembali ke Kuba, di tahun 1950-an mulai berkembang style instrumental yang disebut Descarga. Istilah yang berarti discharge atau pelepasan itu mengacu pada improvisasi bebas seperti yang umum dilakukan musisi Jazz Amerika Serikat. Beberapa rekaman yang mendokumentasikan sesi-sesi Descarga dilakukan oleh Israel “Cachao” Lopez dan Bebo Valdez. Bahkan di tahun 1952, Bebo Valdez secara spesifik menggunakan istilah Afro-Cuban Jazz di album rekamannya.

Konsep ini berlanjut di Amerika pada tahun 1960-an dan digunakan oleh sejumlah musisi atau band Latin seperti Cesta All-Stars, Tico All-Stars, hingga Mongo Santamaria. Di samping itu banyak musisi Jazz era Hard Bop di Amerika yang menulis atau melakukan interpretasi musik Latin di dalam musiknya.

Sejak tahun 1960-an gerakan ini juga terus berkembang di Kuba hingga mencapai puncaknya pada pertengahan 1970-an hingga akhir 1980-an. Banyak sekali musisi Kuba yang berperan dalam membentuk style baru dari Afro-Cuban Jazz: dari Jesus “Chuco” Valdes (piano), Oscar Valdes (perkusi), Carlos Emilio Morales (gitar), Arturo Sandoval (terompet), Paquito D’Rivera (saksofon), Bobby Carcasses (terompet dan vokal), Pablo Milanes (gitar dan vokal), Eduardo Ramos (bas), Emiliano Salvador (piano), hingga Gonzalo Rubalcaba yang membentuk Grupo Proyecto dengan Roberto Vizcaino (perkusi) dan Horacio “El Negro” Hernandez (drums).

Satu hal yang perlu dicatat juga dalam perkembangan musik Afro-Cuban Jazz di jaman modern ini adalah bagaimana sejumlah musisi Kuba mengembangkan style permainan perkusi—yang biasa dimainkan oleh beberapa pemain dengan beberapa instrumen—untuk diterapkan di atas drumset. Musisi-musisi top Kuba seperti “El Negro”, Julio Barreto, maupun Dafnis Prieto telah membuktikan kepiawaian mereka merangkum semua elemen penting perkusi Afro-Cuban dan memainkannya pada drumset dengan struktur ritmik yang kompleks, improvisasi/solo yang penuh energi, di atas tempo yang sangat cepat.

Afro-Cuban Jazz Modern

Di tahun 1980-an dunia musik Amerika Latin kembali disegarkan dengan berimigrasinya banyak musisi-musisi top Kuba ke Amerika, seperti: Daniel Ponce (perkusi), Orlando Rios “Puntilla” (perkusi), Ignacio Berroa (drums), Paquito D’Rivera (saksofon) dan Arturo Sandoval (terompet). Demikian pula sejumlah musisi Puerto Rico, seperti: band Batacumbele, “Nuyorican” Jerry Gonzales (terompet/flute/perkusi), Dave Valentin (flute), Jorge Dalto (piano) dan Hiton Ruiz (piano), yang memainkan musik Afro-Cuban Jazz dengan style mereka sendiri.

Band-band seperti yang dipimpin oleh Tito Puente, Machito, dan Poncho Sanchez memainkan konsep yang lebih konservatif dari Afro-Cuban Jazz. Sementara di abad ke-21 ini musisi-musisi seperti: Chucho Valdes, Michel Camilo, Gonzalo Rubalcaba, Danilo Perez, John Benitez, Luis Perdomo, The Caribbean Jazz Project, The Very Original Omar Sosa, dan David Sanchez, terus berkarya, menginterpretasi ulang dan menambah perbendaharaan musik Afro-Cuban dan Latin Jazz modern.

Akar Afrika dan Eropa

Persamaan dari musik Afro-Cuban dan Jazz Amerika adalah keduanya sama-sama berakar dari dua akar besar yaitu musik Eropa dan Afrika. Kedua jenis musik ini juga dipengaruhi sangat kuat oleh prinsip budaya dan estetika Afrika. Namun bagaimanapun juga elemen-elemen musik Afrika tampak lebih jelas dan kuat di musik Afro-Cuban. Berbeda dengan di Jazz Amerika yang unsur musik Afrikanya terdengar lebih bersifat subliminal dan tersamar. Jika ditilik lebih jauh lagi, hal ini terjadi karena perbedaan situasi dan kondisi perbudakan yang dijalankan oleh kaum Inggris Protestan di Amerika, dengan kaum Spanyol Katolik di Kuba.

Konsep Afro-Cuban Jazz yang berkembang di Kuba pun sangat berbeda dengan Cubop (Cuban Bebop) di Amerika. Meskipun banyak musisi di Kuba yang memiliki dasar pengetahuan dan kemampuan yang solid dalam struktur permainan dan harmoni Jazz, namun mereka memainkannya di atas pulse dan pola ritmik perkusi yang berbasis pada musik ritual atau tradisional Afro-Cuban. Berbeda dengan Cubop di Amerika yang masih bersandar kuat pada struktur musik Jazz.

Namun, secara umum, ciri improvisasi di atas pulse ritmik yang kuat di kedua style musik inilah yang menyebabkan begitu mudahnya proses saling beradaptasi antara musik Afro-Cuban dan Jazz Amerika. Itu pula yang menyebabkan musik Afro-Cuban begitu mudah diterima dan tumbuh berkembang dengan pesat di Amerika, hingga pada akhirnya terkenal di seluruh dunia.

BAB V

Penutup

Uraian panjang mengenai musik Afro-Cuban dari awal sejarahnya hingga jaman modern ini memperlihatkan bahwa musik baru seringkali muncul dari pertemuan atau perbenturan antara dua atau lebih kebudayaan yang sudah mapan. Ini adalah suatu bentuk dialektika kebudayaan, dimana sebuah tesis dipertentangkan dengan antitesis dan menghasilkan sintesis. Begitu juga dengan musik: elemen-elemen musik Eropa yang berbenturan dengan elemen-elemen musik Afrika menghasilkan musik Jazz maupun Afro-Cuban.

Seringkali perbenturan budaya ini tidak berjalan dengan mulus atau menguntungkan bagi kedua belah pihak pelakunya, bahkan tidak jarang ini adalah sesuatu yang dipaksakan. Terutama pada saat berbicara tentang sejarah penjajahan dan kolonialisasi negara-negara Eropa terhadap negara “dunia ketiga”. Namun bagaimanapun juga, pada akhirnya bentuk-bentuk musik baru ini adalah sesuatu yang memperkaya dunia seni dan kebudayaan dunia.

Akhir kata, belajar dari deskripsi tentang musik Afro-Cuban ini, adalah penting bagi para musisi untuk terus berproses, menjelajahi dan mengeksplor potensi-potensi munculnya musik baru. Ini tidak hanya akan memperkaya wawasan musik serta pengaktualisasian diri sang musisi, namun juga memperluas perbendaharaan musik itu sendiri sebagai bentuk karya seni yang perlu terus diinterpretasi dan diperbaharui.

Bibliografi

Kaemmer, John E. Music in Human Life. Anthropological Perspectives on Music. The University of Texas Press, Austin, 1993.

Uribe, Ed The Essence of Afro-Cuban Percussion and Drum Set. Warner Bross Publications, Miami, 1996.

Webliografi

AllMusic – “Chano Pozo” http://www.allmusic.com/artist/pozo-p36787

Altman, Thomas – “Afro-Cuban Jazz”, 2005 http://www.ochemusic.de/artcujaz.htm

Brozensky, Jennifer with Esperanza Cabrera, Kristi Collins – “Cuba and Its Music”, Anthropology of Music/Cedar Crest College http://www2.cedarcrest.edu/academic/soc/ccameron/soc215/cuba/cuba.htm#top

Nadal, James – “Chano Pozo” on All About Jazz http://www.allaboutjazz.com/php/musician.php?id=10407

Ruiz, Helena – “A Brief History of Afro-Cuban Music and Dance” http://www.redbubble.com/people/heleneruiz/journal/5857328-a-brief-history-of-afro-cuban-music-and-dance

Wikipedia – “Abakua” http://en.wikipedia.org/wiki/Abaku%C3%A1

Wikipedia – “Chano Pozo” http://en.wikipedia.org/wiki/Chano_Pozo

Wikipedia – “Music of Cuba” http://en.wikipedia.org/wiki/Music_of_Cuba

2 thoughts on “Musik Afro-Cuban: Pertemuan Kebudayaan dan Dialektika Musik Baru

  1. mohon info saya senang sekali dengan musik jenis ini tapi saya tidak tahu band mana saja yang beraliran ini, bisa dibantu ?. thks

    • halo, silahkan menelusuri nama-nama musisi yang tertulis di artikel ini. anda bisa search di youtube, dan nanti akan langsung terlihat video/lagu dari musisi yang bersangkutan. enjoy!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s